You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Batuaji
Batuaji

Kec. Kerambitan, Kab. TABANAN, Provinsi BALI

Sejarah Desa Batuaji

Administrator 02 Desember 2023 Dibaca 223 Kali
Sejarah Desa Batuaji

Berbicara masalah sejarah adalah sesuatu pemikiran yang mengacu pada masa lampau oleh karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan penyampaian peran tentang apa-apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Kalau kita soroti dari segi tujuan dalam hal pemaparan sejarah adalah sebagai bandingan pada masa sekarang dan sebagai cermin terhadap peristiwa masa yang akan datang. Dalam hal ini kita berbicara sejarah yang lebih khusus yaitu Sejarah Desa.

Nama suatu desa atau wilayah umumnya mempunyai makna tertentu yang dimaksudkan untuk mengenang suatu kejadian atau hal-hal lain yang dianggap sebagai inpsirasi nama itu diberikan.

Pemberian nama desaatau suatu wilayah khususnya di Bali berkaitan erat dengan sejarah Raja-raja di jaman dahulu seperti yang sering dijumpai dalam Babad, lontar ataupun Prasasti.

Sejarah Desa Batuaji yang bersumber dari abad Pemerintahan Raja (ratu) Kerihin Tabanan yang berpusat pada “Singa Sane Ulun Pangkung Tabanan “ dan diperjelas lagi dari beberapa sepuh Desa, maka sejarah singkat Desa Batuaji dapat kami tulis dengan maksud agar dikenal oleh genereasi penerus untuk selanjutnya dikembangkan sesuai dengan data dan fakta yang ada. Secara singkat sejarah Desa Batuaji dapat diikuti pada uraian berikut ini :

 Bahwa Sejarah Desa Batuaji dimulai dari usaha Raja Tabanan sedang melakukan upacara yadnya di Pura Luhur Batu Karu dengan diiringi oleh para pepatih dan rakyat seluruhnya melaksanakan upacara pada hari : Kamis umanis Dungulan.

 Diceritakan bahwa upacara menginjak satu bulan kurang satu hari, tepatnya pada hari Rabu Kliwon, Paang pada saat menjelang malam (Nyaluk Samirana) bahwa Sang Prabu (Raja) tiba-tiba melihat asap menjujung seperti tombak diselatan dari Pura Luhur Batu Karu. Sebetulnya kalau orang menyaksikan asap tersebut sangat menyenangkan lagi pula indah dan mengesankan.

 Kemudian dengan timbulnya asap tersebut akhirnya Raja berpikir tentang timbulnya asap ditengah-tengah hutan tersebut sudah tentu asap itu adalah Ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maha Esa, Baginda bergegas memanggil Patihnya dan bersabda

“ Paman Pasek Kebayan, Paman sekarang juga saya utus bersama Paman Pasek Bendsesa dan Pasek Undagi untuk datang membuktikan asap itu dan kalau memang bisa terbukti selanjutnya supaya paman membukukan (Nyuratan )”

 Begitu Sang Parabu ( Raja ) berkata kepada ketiga paman tersebut, seketika itu ketiga Paman sujud kehadapan sang prabu :

 “Kalau memang titah (perintah) Sang Baginda, Kami bertiga akan   melaksanakannya “

Akhirnya berangkatlah ketiga pepatih dengan sujud kehadapan sang prabu, memohon keselamatan sambil membawa Jumpere ( tempat tirta) berisi air dan bunga putih yang merupakan milik Sang Prabu menuju timur dan dijumpai pohon-pohon yang rebah yang disebabkan oleh angin ribut. Mengingat yang dijumpai pohon rebah       (bah-bahan) maka mereka berpikir dan berkata kalau nanti tempat ini menjadi Desa, maka Desa tersebut diberi nama Desa Babahan.

 Setelah selesai memohon kehadapan Sinuhun, maka perjalanan dilanjutkan kearah selatan, kemudian mereka menjumpai hutan yang sangat lebat (Tebal) dan dirasakan oleh ketiga Patih tersebut bahwa tidak akan mungkin bisa menebangi hutan tersebut, maka memohonlah kehadapan Hyang Prama Kawi ( Tuahn Yang Maha Esa) seketika itu pula hutan menjadi lapang yang pada akhirnya kalau nanti menjadi Desa, Desa tersebut diberi nama Desa Tebel yang sekarang disebut Desa Penebel.

 

Perjalanan terus dilanjutkan kearah selatan dan dijumpai perbukitan (Munduk) Kembar seperti batas.mengingat keduanya merupakan batas yang mereka saksikan maka Sang tiga beristirahat melepaskan lelah sambil berpikir, akhirnya I Pasek Kebayan berkata kepada Sang kalih (temannya berdua) :

 “ Nah adikku berdua, mengingat perbukitan (Munduk) yang kita saksikan ini seperti batas, kalau nanti ada Desa yang menyebelahinya supaya perbukitan (Munduk) ini menjadi batas dari pada Desa. “

Akhirnya lama kelamaan disebelah perbukitan tersebut terdapat Desa dan Desa itu diberi Nama Desa Darma, dan batas tersebut namanya batas Darma. Kemudian setelah selesai permohonan kepada sasuwunan (Ida Sanghyang Widhi Wasa), Sang Tiga melanjutkan perjalanan yang dilalui adalah perbukitan (Munduk ) yang disebalah barat dan belum begitu jauh perjalanan maka tempat tirta tiba-tiba jatuh (Sangku Pelinggihne Ulung) berserakan seperti merta. Melihat barang bawaannya jatuh, menjadi hilanglah kesabarannya dan berlinang air mata (Nangis) mengingatkan pada dirinya tentang nasibnya yang buruk, ingin rasanya kembali ke Pura Luhur namun baru meraka ingin beranjak akhirnya bersabdalah Si Nuhun kepada Sang Tiga, sebagai berikut :

“ Nah Paman utusan Bulan Jambe bertiga, jangan hendaknya Paman menyesal (menangis) mengingat tugas yang dibebankan, kami sudah memakluminya dan tetapkanlah pada pendirianmu.”

Setelah mendengarkan Sabda dari Si Nuhun begitu seketika itu pula Sang Tiga Sujud Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dengan permohonan segala apa yang menjadi tujuan semula semoga berhasil dan selanjutnya kembali ketempat (Sangkung Ulung) sambil memohon kehadapan Sang Si Nuhun supaya tempat jatuhnya Merta tersebut di jadikan sawah dan Nama sawah tersebut adalah : “Sangku Ulung” Demikian pula ditempat sang tiga menangis supaya nanti kalau ada Desa, Desa tersebut namannya Desa “Ngis.” Perjalanan selanjutnya keselatan dan sampailah diperbatasan lalu berkatalah I Pasek Bayan kepada Sang kalih : 

“Nah adikku berdua” sekarang satukan pikiran, ternyata apa yang kita cari, sudah ada tanda bahwa atas Asung Wara Nugraha ada Sanghyang Prama Kawi kepada kita Nah sebagai batas keharuman Asep selanjutnya kalau ada nanti menjadi Desa, Desa tersebut dinamai Desa Selat ( dados batas keharuman Asep ).

Selanjutnya Sang tiga melanjutkan perjalanan dan sampailah Sang tiga pada tempat Asep tersebut, ternyata dijumpainya Batu yang dijaga oleh Ular Putih (Ula Petak) dengan menyemburkan api dan Asap. Batu tersebut berisi tulisan ( Ma Surat Batu Muda ) disebelahnya tumbuh Pohon Beringin. 

Dengan bukti yang mereka saksikan, kemudian berkata-katalah I Pasek Kebayan dengan I Pasek Kalih sebagai berikut :

“ Nah sekarang adik berdua ,kakak sudah jelas dengan permasalahan ini, inilah Batu yang utama, tempat Ida Sanghyang Widhi Wasa yang patut disungsung seluruh umat manusia, untuk itu kita satukan pikiran, memohon kepada Tuhan yang Maha Esa supaya tempat ini cepat menjadi Desa dan Desa tersebut diberi Nama “Desa Batuaji” karena Batu itu berisi tulisan”. 

Setelah selesai permohonan sang tiga, maka dibangun Palinggih (Pura) yang diberi Nama “ Sad Khayangan Buda Batuaji.”

Diceritakan beberapa lama Sang Tiga mendengar Suara Batu makuruwug disebelah timur yang menusuk perasaan ngeri bagi yang menyaksikan,ternyata timbul sebuah Gunung dan kembali Sang Tiga memohon kehidupan Si Nuhun supaya Gunung itu tidak jadi,lama-kelamaan Gunung tersebut diberi Nama Bukit Buung.

Dengan sudah terkabulnya permohonan Sang Tiga, kembali sang tiga mendengar suara air bah ( belabar agung ) Namun setelah disaksikan timbullah Danau,dan kembali Sang Tiga memohon,supaya Danau tersebut dijadikan sawah dan sawah tersebut diberi Nama subak labak serta Palinggih yang timbul seperti Ulun Danu dijadikan Panyungsungan subak.Pura tersebut adalah Pura Manik Galik.

Beberapa saat sekembali Sang Tiga mendengarkan serta merasakan Gempa   (Linuh ), begitu selesai peristiwa tersebut, timbulah air yang jernih seketika itu pula air Danau menghilang, kemudian air yang timbul menyebabkan terjadinya sungai yang diberi Nama Tukad Nusa (Enu berarti Yeh Tukad Se berarti Suci ). Kemudian dengan timbulnya tukad itu, Sang Tiga Memohon supaya tempat itu diisi Pancoran yang dijadikan Taman Beji dari Pura Manik Galih.

Mengingat hari sudah sore dan nampaknya tidak ada lagi yang disaksikan, maka beristirahatlah Sang Tiga ditempat setinggil dan berkatalah I Pasek Bayan dengan Sang Kalih.

“ Nah Sekarang, segala permohonan sudah terkabul dan tujuan kita terpenuhi karena titah Sang Prabu untuk kemudian apa yang kita saksikan supaya ditulis oleh Paman Pasek Bendesa.”

Kemudian tempat menulis tersebut ,dimohonkan kepada Si Nuhun kalau nati jadi Desa, Desa Tersebut diberi Nama Nulisan dan dibangun Palinggih yang diberi Nama Saraswati Pasandekan.

Setelah segala permohonan selesai kepada Si Nuhun, kemudian kembali Sang Tiga ke Pura Luhur Batu Karu bertemu dengan Sang Prabu ( Raja) dan begitu melihat utusan datang lalu Sang Prabu menyapa dan bertanya :

“ Nah, sudah Paman buktikan segeralah ceritakan pada Baginda ”

Baru Raja begitu akhirnya I Pasek Bayan menceritakan penemuan dari awal sampai berakhir, bahwa tempat-tempat tersebut semuanya baik ( utara ) kemudian tulisan yang mereka buat diserahkan kepada Raja.

Berkatalah Raja kepada sang tiga :

“ Nah, kalau memang sudah saking pencipta Tuhan Yang Maha Esa, maka Paman bertiga yang bisa bertanggung jawab ( Menek Tuun di Pelinggih Watu Batuaji ) dan kalau sudah paman disana menetap, upacara yadnya (Piodalan) pada hari Buda Keliwon Paang . Dan yang menjadi mangku Kahyangan Puseh, paman Pasek Bayan supaya bertempat di ujung     Desa ( Desa Selat ) dan I Pasek Bendesa supaya Menjadi Mangku Dalem serta yang berkewajiban mengadakan perbaikan pembangunan dia I Pasek Sangging” 

Diceritakan di Desa Batuaji sudah menjadi Desa, serta ada Pura dan para penyungsung sudah banyak lalu di buat Kuburan yang di beri nama Semo Gede, kemudian para penyungsung membuat Pura Dalem yang diberi nama Pura Dalem Agung dan tumbuh pohon bunut besaar yang diberi nama Bunut Pajeng. Pohon yang berada di Pura Puseh dan Pura Dalem lama kelamaan dijadikan ciri pada saat berpergian.

Demikian sekilas sejarah timbulnya Desa Batuaji untuk dijadikan pengetahuan bagi kita sekalian dan mohon maaf yang sebesar- besarnya jikalau ada kekeliruan.

 

APBDes 2025 Pelaksanaan

APBDes 2025 Pendapatan

APBDes 2025 Pembelanjaan